Dua Kelemahan Mendasar UKM, Apakah Anda Mengalami Juga?

Kesalahan terbanyak dari para UKM apa mas? Demikian saya bertanya kepada seorang banker senior bank syariah nasional.
Saya memerlukan masukan dari nya karena pengalamannya di bidang jasa keuangan sangat panjang dan luas. Dari bank konvensional, bank syariah, pembiayaan langsung atau direct investement, investmen banking bahkan berbagai portofolio sukuk sudah fasih di kerjakannya.
Untuk itu saya harus menunggu 2 jam hari ini di ruang tamu kantornya yang luas di lantai atas gedung BNI. Saking banyak tamu dan kerjaan.
Dia menjawab pertanyaan saya, kelemahan UKM adalah dalam pembiayaan ada 2.

Pertama lemah sekali di data akunting, atau bahasa lainnya tidak akuntable.  

Bukan tidak bisa bisnis loh ya, mungkin sudah 10 tahun mereka berbisnis sayangnya pembukuannya sederhana sekali. Hampir tidak ada bahkan.
Jadi ketika ingin dana untuk pengembangan hanya “global” saja. Perlu sekian.
Sewaktu di rinci biaya untuk apa, semua kira-kira dan di masukan semuanya. Sehingga membesar dan tidak pas melulu untuk pengembangan usaha.
Kita bingung sekali dengan “raport” mereka di pembukuan ini.

Yang kedua adalah, mereka tidak memahami sisi lain dari dunia mereka.

UKM perlu uang namun pemilik dana perlu “keamanan”. Mereka tidak faham arti kata “investor ingin uangnya aman”. Karena menurut mereka peluang, menurut mereka aman.
Tapi dari sisi kacamata peminjam, tidak aman.karena mereka terlalu global penjelasnya.
Nah, sekuritisasi keamanan dari kacamata pemberi dana tidak terlalu mereka pahami. Padahal kalau mereka memahami sisi ini maka dana akan mereka dapatkan dengan mudah.
Maksudnya? Saya bertanya untuk penjelasan arti kata “dengan mudah”.
Begini, katanya kemudian, UKM itu perlu modal.
Dari kacamata pemilik dana, modal tersebut bukan untuk mengcover sebuah kegiatan bisnis yang lagi “down trend” tetapi untuk pengembangan usaha yang lagi “up trend”.
Ini mereka harus pahami betul. Untuk “up trend”.
Kebanyakan UKM mencari dana karena “perlu dana” karena ada masalah keuangan cash flow tidak lancar.
Mereka mau “top up” naikan pemodalan, namun tidak meningkatkan sales penjualan atau omzet. Hanya untuk “balik” normal lagi.

Kalau mereka perlu dana untuk pengembangan, pasti omzet naik. Bukan omzet tetap.
Misalnya omzet sebulan 50 juta. Karena tagihan banyak macet, dan bayaran mundur mereka perlu pinjam 50 juta. Ketika kita pinjamkan, apakah sales mereka jadi 100 juta?

Tidak, hanya balik yang 50 juta menjadi “terlihat” lancar pembukuannya. Tetapi dari kacamata “capital expenditure” jadi naik bebannya. Mereka tidak faham itu tidak di sukai pemodal.
Lanjutkan pak, saya minta dia menjelaskan lebih dalam lagi.

Kalau untuk peminjaman semacam begini kami tidak mau meminjamkan.
Mintakan jaminan kolateral? Saya pun bertanya.
Dia jawab, Jaminan atau kolateral itu sesungguhnya hanya pegangan faktor psikologis. Agar mereka “serius” mengembalikan pinjaman dan yang mereka pakai.
Kalau mau hati-hati, jujur, hampir tidak ada yang kami berani pinjamkan untuk UKM. Pertama kacamata bankable yaitu tidak banyak yang memiliki kolateral. Kedua tidak akuntable. Pembukuannya tidak rapih dan tidak bagus dari sisi pencatatan juga tercampurnya masalah pribadi dengan bisnis.
Omzet harian, langsung di pakai untuk keperluan harian. Sehingga pencatatan akuntingnya jelek sekali.
Kalau kami memfokuskan hanya yang sudah di atas 5 tahun usaha dan hanya yang akan mengembangkan usaha karena lagi “up trend” mungkin hanya 10% yang memerlukan kelembaga keuangan. Sementara ini yang kita cari.

Mengapa di atas 5 tahun pak? Saya bertanya.

Karena kalau di bawah 5 tahun kemungkinan “survival”nya 50:50. Alias 100 usaha UKM di tahun ke 5 tinggal 50, bahkan lebih rendah lagi. Di data kami bahkan yang bertahan di atas 5 tahun tinggal 20 atau hanya 20%nya.
20% yang bertahan tadi, attitudenya memang pengusaha. Integritasnya bagus.
Resilence kemampuan mantulnya bagus.jadi itu pengusaha yang kami pilih.
Selain itu mas, katanya kemudian, masuk di pembiayaan UKM anda akan merugi.
Kalau mau aman, pilih yang di atas 5 tahun, pilih yang lagi up trend mau mengembangkan usaha, akuntabilitas pembukuannya rapih.

Dan kalau ketemu orang di kelompok ini mas, wuii sikapnya, perilakunya, cara pandangnya, semuanya keren. Seneng berkumpul dengan kelompok ini.
Kalau kita fokus di kelompok ini dan kita jadikan besar,maka negara akan kuat.
Kalau yang 80% pak? Yang lagi fight untuk survive mengembangkan usaha bagaimana kita bisa menyalurkan dana ke mereka?
Mau aman apa berani ambil resiko? Dia bertanya lagi

Saya berani ambil resiko, saya jawab kemudian.
Minta saham kepemilikan dari mereka para UKM itu, sampai 40% kalau perlu, sehingga Bossman bisa masuk kedalam usaha mereka dan membantu manajemen-nya.
Di sisi ini lembaga keuangan indonesia tidak bisa masuk ke dalam usaha mereka mem-pledge saham. Sisi swasta bisa banget.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Konsultan Pajak Jakarta Selatan: Solusi Terbaik untuk Urusan Pajak Anda